Kamis, Januari 10, 2008
Kamis, 10 Januari 2008
Sepenggal kisah
say something! (0)
just try to keep my word guys...
say nothing if mine is suck...okay??
and laugh wif me if u like it...(...-sepi nggak ada yg mau ktawa-nggak mau ktawa juga nggak papa....yang penting suka...)
"Turunlah...take a walk with me..." pintamu
" Now?" kamu mengangguk
" But the rain is too hard..." kataku lagi
" C'mon!" kamu mulai merajuk " I'ts fun" -oh, great!- kalau kamu sudah berkata seperti itu, bagaimana mungkin aku menolak??
" Wait a sec!" kataku.
" Ow, great!!" teriakmu semangat. Selalu, tanpa sadar aku tersenyum. Entah, apa aku ikut bahagia karena kamu juga bahagia. Aku memakai mantelku dengan cepat dan segera keluar menemui kamu. Kamu dengan penuh senyum kemenangan menyambutku. Segera aku bergabung di payungmu dan kita mulai berjalan. Saat ini debar jantungku makin cepat tak menentu. Dan, kita mulai berbincang tak tentu arah seiring dengan langkah kaki yang pula tak menentu. Tiba-tiba bahan pembicaraan habis. Kamu, aku terdiam. Aku harus mencari bahan pembicaraan. Kalau tidak, aku bisa mati karena rusukku tak mampu lagi menahan debaran jantung yang makin cepat.
"Hei...beberapa waktu terakhir aku sering berkirim sms dengan seseorang..." sempat aku mengutuk diriku karena mengatakan ini.
" Benarkah..??" kamu terlihat kaget, penasaran..entahlah.
" M..hm.." aku menggangguk pelan.
" A guy?" aku mengangguk lagi. Suasana hening kembali. Sepertinya aku membicarakan topik yang salah.
" Tapi, aku tidak tahu siapa dia.." kembali mengutuk diriku sendiri karena tetap melanjutkan pembicaraan ini.
" Tidak jelaskah?" aku mengangguk " boleh kulihat sms nya?"
" Untuk apa?" tanyaku penasaran
"Hanya ingin tahu.." ujarmu " lagipula...kita teman kan?" aku benar-benar tidak tahu apa hubungannya sms itu dengan 'kamu adalah temanku'. Tapi entah mengapa kuserahkan peace green-ku pada kamu. Kamu tersenyum lagi. Aku menunduk malu. Beberapa saat kamu terdiam. aku mencuri pandang ke arahmu. Melihat kedua matamu yang tersinari layar peace green-ku. kamu terlihat serius. Lalu, kamu melihatku
" Well, sepertinya dia tertarik padamu..."
" Benarkah?" tanyaku. Kamu hanya mengangguk.
" Tidakkah kamu tertarik padanya?" kamu kembali bertanya. Aku menggeleng.
"Kenapa?" God! haruskah aku menjawab hal ini?? aku masih terdiam. Kamu mengulang pertanyaanmu.
" Karena aku tidak tahu siapa dia..."
" Hanya itu?" God!! he's really suspicious today.
" No...not really...."
" So..??"
" Ada orang yang aku suka..." jawabku lirih.
" Oooh...." dan ternyata kamu mendengar" siapa dia?" Okay, jelas sudah motifmu. Sudah tepatkah kalau sekarang kamu tahu?? kamu tetap memaksaku mengatakannya.
" Kalau aku mengatakannya..., kamu tidak boleh tertawa..."
" Baiklah..." katamu
" Janji?" aku memastikan. Sinar matamu yang tajam serasa menusuk ke jantung. Dan, aku yakin itu artinya 'iya'. Aku menarik nafas panjang. Aku mempertaruhkan hubunganku dengan mengatakan ini.
" siapa?" tanyamu untuk yang ketiga kalinya.
" ...kamu..." Lirihku. Sekilas, sebelum aku menunduk, aku melihat bibirmu mengulaskan sebuah senyum.
"percayakah kamu..." kata-katamu terpotong.
" Ya?" aku penasaran. Kurasakan rusukku makin menyempit dan pipiku memanas.
" Kalau 'dia' adalah aku..??" lanjutmu penuh keyakinan.
Aku tercengang. Kaget, senang, malu...entahlah.
say nothing if mine is suck...okay??
and laugh wif me if u like it...(...-sepi nggak ada yg mau ktawa-nggak mau ktawa juga nggak papa....yang penting suka...)
***
Hujan di luar tak kunjung reda. Kutinggalkan tugas akuntansi untuk sekedar mengintip keluar jendela. Malam yang dingin. Beberapa hari terakhir ini terus menerus hujan deras. Kembali kuhadapkan kepala sekaligus pikiranku kembali ke tugas akuntansiku yang tergeletak di tempat tidur. Penuh dengan keengganan aku kembali memegang pensil. Kupejamkan mata sejenak. Berharap tugasku bisa selesai dengan sendirinya. Saat kubuka mata, tetap saja kulihat kertas kerja yang kosong. Hhh....benar...mana mungkin bisa selesai sendiri? dan tidak akan bisa selesai kalau aku tidak segera mengerjakannya. Pelan, aku mulai berfikir, menganalisa, menghitung dan mencoret-coret kertas buram. Belum ada 20 menit, hp peace green-ku bergetar. Sms dari 'dia'. Bertanya aku sedang apa. Kubalas sms-nya dan kembali ke tugas. Selang beberapa menit, kaca jendelaku dilempari batu kecil yang membuat bunyi 'tik' beberapa kali dan 'tuk' agak keras untuk yang terakhir. Beranjak menuju beranda kamar, melihat kebawah. Dan kamu ada dibawah. Berpayung biru dengan senyum jahilmu yang menawan hatiku."Turunlah...take a walk with me..." pintamu
" Now?" kamu mengangguk
" But the rain is too hard..." kataku lagi
" C'mon!" kamu mulai merajuk " I'ts fun" -oh, great!- kalau kamu sudah berkata seperti itu, bagaimana mungkin aku menolak??
" Wait a sec!" kataku.
" Ow, great!!" teriakmu semangat. Selalu, tanpa sadar aku tersenyum. Entah, apa aku ikut bahagia karena kamu juga bahagia. Aku memakai mantelku dengan cepat dan segera keluar menemui kamu. Kamu dengan penuh senyum kemenangan menyambutku. Segera aku bergabung di payungmu dan kita mulai berjalan. Saat ini debar jantungku makin cepat tak menentu. Dan, kita mulai berbincang tak tentu arah seiring dengan langkah kaki yang pula tak menentu. Tiba-tiba bahan pembicaraan habis. Kamu, aku terdiam. Aku harus mencari bahan pembicaraan. Kalau tidak, aku bisa mati karena rusukku tak mampu lagi menahan debaran jantung yang makin cepat.
"Hei...beberapa waktu terakhir aku sering berkirim sms dengan seseorang..." sempat aku mengutuk diriku karena mengatakan ini.
" Benarkah..??" kamu terlihat kaget, penasaran..entahlah.
" M..hm.." aku menggangguk pelan.
" A guy?" aku mengangguk lagi. Suasana hening kembali. Sepertinya aku membicarakan topik yang salah.
" Tapi, aku tidak tahu siapa dia.." kembali mengutuk diriku sendiri karena tetap melanjutkan pembicaraan ini.
" Tidak jelaskah?" aku mengangguk " boleh kulihat sms nya?"
" Untuk apa?" tanyaku penasaran
"Hanya ingin tahu.." ujarmu " lagipula...kita teman kan?" aku benar-benar tidak tahu apa hubungannya sms itu dengan 'kamu adalah temanku'. Tapi entah mengapa kuserahkan peace green-ku pada kamu. Kamu tersenyum lagi. Aku menunduk malu. Beberapa saat kamu terdiam. aku mencuri pandang ke arahmu. Melihat kedua matamu yang tersinari layar peace green-ku. kamu terlihat serius. Lalu, kamu melihatku
" Well, sepertinya dia tertarik padamu..."
" Benarkah?" tanyaku. Kamu hanya mengangguk.
" Tidakkah kamu tertarik padanya?" kamu kembali bertanya. Aku menggeleng.
"Kenapa?" God! haruskah aku menjawab hal ini?? aku masih terdiam. Kamu mengulang pertanyaanmu.
" Karena aku tidak tahu siapa dia..."
" Hanya itu?" God!! he's really suspicious today.
" No...not really...."
" So..??"
" Ada orang yang aku suka..." jawabku lirih.
" Oooh...." dan ternyata kamu mendengar" siapa dia?" Okay, jelas sudah motifmu. Sudah tepatkah kalau sekarang kamu tahu?? kamu tetap memaksaku mengatakannya.
" Kalau aku mengatakannya..., kamu tidak boleh tertawa..."
" Baiklah..." katamu
" Janji?" aku memastikan. Sinar matamu yang tajam serasa menusuk ke jantung. Dan, aku yakin itu artinya 'iya'. Aku menarik nafas panjang. Aku mempertaruhkan hubunganku dengan mengatakan ini.
" siapa?" tanyamu untuk yang ketiga kalinya.
" ...kamu..." Lirihku. Sekilas, sebelum aku menunduk, aku melihat bibirmu mengulaskan sebuah senyum.
"percayakah kamu..." kata-katamu terpotong.
" Ya?" aku penasaran. Kurasakan rusukku makin menyempit dan pipiku memanas.
" Kalau 'dia' adalah aku..??" lanjutmu penuh keyakinan.
Aku tercengang. Kaget, senang, malu...entahlah.
***
November 20,2007